RUMPANG

Mengapa kita terlalu malu menunjukan bahwa kita memang sedih, bahwa kita memang gagal, bahwa kita memang tidak kuat, bahwa kita memang tak bisa lagi pura-pura tidak terjadi apa-apa, mengapa?


Dulu aku kira bahagia membuatku tidak produktif, sedangkan ketika merasa sedih dan kekurangan itu membuatku terpacu melakukan apapun. 


Saat sedih kita cenderung melakukan banyak hal, apapun itu, aktivitas dan kegiatan yang bisa membuat kita bahagia. Dari banyak kegiatan-kegiatan itu kita berharap akan dapat membuahkan kebahagiaan-kebahagiaan kecil yang dapat kita kumpulkan untuk kembali punya kekuatan.


Kita terlalu sakit untuk menengok rasa sakit itu sendiri, sehingga kita cenderung memilih menutupi dan mengabaikan perasaan itu. Kita adalah pengecut yang terlalu penakut untuk merasakan rasa sakit itu. Karena jika kita ketakutan, kita akan menghindarinya. Tapi jika kita kesakitan, kita akan menghadapi dan mengobatinya.


Namun, ternyata rasa sakit yang dilupakan begitu saja hanya akan menjadi bekas luka yang lebih sulit dihilangkan nantinya.


Nantinya kita harus berhadapan dengan luka masa lalu yang terlanjur membatu dan mengeras dalam hati. Yang dimana nanti saat mencoba menghilangannya semua luka masa lalu itu akan kembali membuat kita menghadapinya sekali lagi. 


Nantinya kita harus terus berhadapan dengan bayang-bayang masa lalu, dalam setiap keputusan, dalam setiap hal yang kita lakukan. 


Padahal masa lalu ada di masa lalu, biarkanlah setiap halnya tetap berada di masa lalu. Berjalanlah kembali, melangkahlah kembali usai menyelesaikan semua urusan atas luka-luka yang bertanggungjawab kamu selesaikan.


Bukan dengan berhenti di tempat dan hanya larut dalam kesedihan. Tapi dengan menghadapinya sedikit demi sedikit, rasakan luka itu, biarkan meresap lalu membuat patah hatimu, biarkan itu membuat tumpah air matamu.


Hadapi sedikit demi sedikit hingga waktu betul-betul membuatmu ikhlas, sehingga nanti kamu akan menghadapi masa lalu itu sebagai kenangan bukan bayang-bayang yang terus mempengaruhimu di masa depan.


Karena tak akan ada orang yang bisa menulis halaman baru yang sempurna, sebelum menyelesaikan halaman sebelumnya. Karena tak akan ada kebahagiaan yang sesungguhnya dari berpura-pura bahagia dan menutupi kenyataan yang ada bahwa diri terluka.


Bagian yang rumpang, sampai kapanpun akan meminta pertanggungjawaban.


Comments

Popular Posts