Menutup Dalam Tiga Kata

Kelanjutan Cerita Hal-Hal Kecil


Cinta memang tentang kalian berdua. Tapi kalian bukan apa-apa tanpa restu orang tua.

 

“Yang aku tahu pasti semuanya terasa membingungkan dan gak adil ya ra buat kamu? Tapi jujur aslinya aku juga gak tahu apa mau diriku. Aku punya istri tapi hatiku gak disini”

“Maksud mas dika apa?”

“Harusnya memang bukan Andini ra, tapi kamu. Sejak awal memang kamu, tapi ibu gak pernah setuju. Mungkin ibu memang sering membicarakanmu untuk menjadi menantunya, tapi anak yang dia bicarakan bukan aku, tapi prasetya. Beberapa bulan sebelum menikah dengan Andini, aku sudah membulatkan tekad dan meminta restu ibu, tapi justru ibu menyampaikan bahwa ibu ingin melamarkanmu untuk prasetya ra. Pernikahanku dengan Andini hanya pernyataan bahwa aku akan memulai awal yang baru, tapi rasanya aku tak pernah bisa memulai lembaran baru”

“Aku sampe bingung mas harus jawab apa”

“Gakpapa ra, aku minta maaf aja karena semua jadi kayak gini. Mulai sekarang tolong bantu aku untuk menjalani keputusanku ya. Tolong bantu aku untuk melepaskan, menerima, dan menghadapinya ra”

 

Pikiranku lepas mengingat perkataanmu waktu itu, bulat satu tahun lamanya setelah kepergianmu. Sejak saat itu, kita mulai pelan-pelan bersama garis waktu yang merangkak maju, menata diri bersama tiga kata sederhana yang penuh makna.

Melepaskan, menerima, dan menghadapinya.

Seperti kali pertama kamu mengajakku memaknai tiga kata itu, tidak dalam kehidupan hati ini, tapi lewat pekerjaan yang kita lalui.

Aku melepaskanmu, bukan tentang bisa atau tidak bisa tapi tentang harus atau tidak harus. Kita saling melepaskan karena tahu bahwa ada hal-hal yang akhirnya kita pahami bahwa kita tak ditakdirkan menjadikan hal tersebut sebagai pegangan.

Aku menerima bahwa kehilangan adalah salah satu alasan untuk lupa kalau hidup tetap harus berjalan bagaimanapun kerasnya keadaan. Sehingga tak apa bagiku untuk bersedih, tak apa bagiku untuk tak selalu terlihat kuat. Begitu juga bahwa tak apa bagiku jika pada akhirnya harus menyerah, jika akhirnya aku tak memenangkan kebahagiaanku sendiri.

Aku menghadapinya bahwa kehidupan nyata memang sulit. Bahwa ada hal-hal yang meski kita anggap kita mampu, ternyata diluar kuasa kita, dan sebagai manusia akhirnya pilihan kita satu-satunya adalah menghadapinya.

 

Dalam cinta, meski mungkin kamu dibuat menunggu begitu lama. Percayalah, bahwa cinta pasti akan membawamu ke tempatmu seharusnya berada. Walaupun mungkin tidak bersama dirinya.

 

Terimakasih mas dika, selamat menempuh hidup baru.

Comments

Popular Posts