Menyelami Luka Lama: Zandi

Kelanjutan Cerita Menyelami Luka Lama: Paket

Hujan yang mengguyur sore tadi sudah reda, pekerja kebun berbondong-bondong pulang, Zara duduk santai di teras sembari meminum teh dan singkong keju bersama doni, teman kelasnya.

“Hpnya terbawa ke rumahku, itu menyusahkan” Zara menggerutu

“Sudah, yang mengambil hpnya juga aku, bukan kamu yang susah-susah mengantar kesana Zar” dengan mulut penuh singkong keju, doni menjawab dengan suara yang tidak terlalu jelas

“Ya tetap saja menyusahkan, aku juga tidak mengenal dia Don, bukankah dia temanmu smp? Jangan-jangan ini memang kelakuanmu saja, mau mendekatkan aku dengan dia” dengan sinis Zara membuat doni seakan tertangkap basah

“Sudah-sudah, aku mau pulang” Doni membungkus beberapa singkong keju dengan tisu kemudian ia masukan ke kantong jaketnya

“Banyak sekali, pantas kamu gendut” Zara kembali menggerutu

“Sampai ketemu besok Zar, salam untuk ayah dan mama” tanpa memperdulikan Zara, motor Doni melaju keluar halaman rumah Zara

Itu hari pertama Zara secara tidak langsung berkenalan dengan Zandi. Arya Zandi nama lengkapnya, murid kelas 10 Ekonomi-4 yang kabarnya menyukai Zara. Sepulang sekolah saat Zara masih berada di ruang kelasnya 10 Geografi-1 dekat kamar mandi putri bersama Doni, seseorang menghampiri mereka berdua.

“Ayo basket” dengan seragam putih abu-abu yang masih rapi, rambut yang masih baru tumbuh usai masa orientasi, kulit putih bersih dengan hidung mancung, dia terlihat seperti anak basket, namun setelah menyadari tinggi tubuhnya hanya sekitar 160cm, pemikiran itu akan sirna

“Buta ya? Hujan” Zara menjawab sinis setelah meliriknya, ia tidak kenal, tapi ia tau karena laki-laki itu sering bersama Doni, teman sebangkuku.

“Hanya gerimis Zar, yuk daripada kamu disini sendirian” Doni membujuk
Zara tidak menjawab apa-apa, kemudian berdiri dan berjalan meninggalkan ruangan. Hingga langkahnya terhenti, memilih duduk di bangku dekat aula persis disamping lapangan basket.

“Mau ikut?” Zandi bertanya pada Zara

“Tidak'' entah kenapa kepada Zandi ia sangat sinis, biasanya masih ramah, mungkin karna ia tau keakrabannya hanya karena berusaha untuk mendekatinya.
Zandi pergi tanpa mengucap sepatah kata, kemudian bermain basket bersama doni

“Payah!” kata Zara sambil memukul pahanya dengan tangan mengepal

“Siapa payah?” Visa datang, mengagetkan Zara

“Ini, hp, payah, mati, padahal aku sedang bermain twitter. Kenapa Visa belum pulang?” Zara terbata-bata, ia tidak mau Visa tau dia dari tadi memperhatikan Zandi bermain basket kemudian saat ia tidak berhasil mencetak poin Zara berteriak.

“Iya, PMR. Tapi ini mau pulang, mumpung hanya gerimis. Zara nunggu dijemput ya?” Visa menjawab tanpa ada curiga

“Iya, ayah tidak datang-datang gara-gara hujan, ini sedang menuggu dengan Doni sejak tadi” Zara menjawab sambil menunjuk Doni yang sedang bermain basket

“Yasudah kalau ada temannya, Visa pulang dulu. Keburu dicari ibuk” Kemudian Visa pergi meninggalkan Zara yang masih duduk menunggu jemputan

“Sudah datang?” Doni bertanya

“Belumlah, kalau sudah ngapain juga masih disini, ya pulang” Zara menjawab dengan sinis

“Iya, aku hanya bertanya, kamu tidak perlu marah” Doni tidak menanggapi kesinisan Zara dengan berarti

“Pinjam hp, mau twitteran” sebelum Doni kembali menuju lapangan basket, Zara mengejutkannya dengan menepuk lengannya dengan keras

“Nih” Zandi menjulurkan hpnya

“Pinjamnya ke Doni” Zara menjawab, lagi-lagi dengan sinis

“Hpku mati Zara'' jawaban Doni membuat Zara mengambil hp yang diserahkan Zandi

Tanpa peduli beberapa saat lalu ia telah bertingkah sinis, ia langsung bermain twitter. Belum lama, perutnya membuat ia merasa harus ke kamar mandi. Kemudian berjalan keluar untuk melihat apa ia sudah dijemput dan ternyata ayahnya telah disana cukup lama, mencoba menghubunginya namun gagal. Sontak Zara berlari ke arah aula, mengemasi barangnya, kemudian berteriak berpamitan kepada Doni dan Zandi. Setiba di rumah, saat melepas jaketnya, disaat yang sama ia sadar ketika berlari ia memasukan hp Zandi ke sakunya.
Sepulang Doni dari rumahnya dia mendapat sms masuk

“Terimakasih – Zandi” pesan itu masuk dari nomor yang tidak ia kenal

“Logout twitterku” seketika ia ingat, ia tak sempat logout dari twitter dihp Zandi

Sejak saat itu kedekatan mereka mulai tumbuh, Zandi yang sabar berhasil meluluhkan kesinisan hati Zara. 6 bulan kemudian mereka berpacaran, Zara seakan lupa akan sesuatu saat itu, tiba-tiba lenyap tanpa ada jejak. Kenangan perkenalan yang sederhana itu masih bisa diingat dengan jelas oleh Zara meski sudah 8 tahun lamanya berlalu

Comments

Popular Posts