Long Distance Relationship

“Assalamualaikum, aku baru bangun. Capek sekali, banyak yang harus aku revisi. Tapi tenang, aku baik-baik saja. Kalau profesor meloloskan bagian ini, bulan depan aku bisa pulang”

Hatiku bahagia tidak karuan, akhirnya setelah 15 bulan, kabar baik ini aku baca.

“Waalaikumsalam, Alhamdulillah kalau gitu semoga dilancarkan selalu ya. Jaga kesehatan, tubuhmu juga punya hak atas dirimu”

Bukankah kemenangan ada disaat menjalani sebuah perjuangan? Begitupula perjuangan melalui hari-hari penuh rindu, menantimu.

“Hai cantik, maaf aku tertidur semalam. Pasti sudah sore sekarang di malang. Sudah pulang kerja?”

“Hai, baru saja aku sampai rumah, malang sedang hujan dan macet-macetnya. Bagaimana persiapan presentasinya?”

Bertukar kabar apakah sesuatu yang mahal? Rasanya tidak menghabiskan sampai jutaan rupiah layaknya tiket untuk dapat berjumpa denganmu.

“Aku pamit istirahat dulu ya, semoga presentasimu lancar”
...
“Dan semoga besok ada hari dimana kita bisa lebih lama bersama, meski tak bertatap muka”

Kenapa masalah klasik seperti ini yang terjadi pada kita? Ini akan membuat tulisanku menjadi tak menarik, hanya berujung pelik.

Pada dasarnya ya masalah hubungan memang itu-itu saja. Penyelesaiannya yang banyak menuai cerita.

“Aku baru selesai presentasi, banyak kritik masuk, aku harus lembur hari ini untuk menyelesaikannya. Aku sedang makan siang, kamu pasti sudah tidur, sudah pukul 00.27 disana. Mimpi indah”

Aku membaca pesanmu, tapi tak segera ku balas, aku malas.

“Hai orang sibuk. Kritik kenapa lagi? Apa referensi penelitiannya kurang kuat? Itu selalu jadi masalahmu kan? Hubungi aku jika butuh bantuan. Semangat ya sayang”

“Iya, terimakasih”

Sudah senang hatiku melihatmu cepat membalas pesanku, ini sangat jarang terjadi. Tapi pesanmu, apa harus sesingkat itu?

Hubungan kita terasa bergejolak. Hidup memang seperti roller coaster, naik, turun. Tapi rasanya, duduk kita yang harusnya berdampingan, terpisah, jauh. Sehingga mesinnya mati, terhenti. Kita tak pernah beranjak dari masalah ini.

“Bagaimana perkembangan penelitiannya? Semoga lancar selalu ya”
...
“Sudah pagi kan disana? Apa masih tidur karena lembur?”

Ldr beda tempat dan beda waktu, sudah, lengkap. Mati dirundung rindu membatu. Sulitnya ldr itu hanya satu, bertemu. Tapi sekarang bertambah, bertemu dan membagi waktu.

“Mas, sehat-sehat kan disana?”

Bukankah tidak ada yang lebih menghabiskan waktu daripada kekhawatiran? Aku hanya mau memastikan kau baik-baik saja. Meski kau sering bertingkah menyebalkan, acuh tak acuh dengan perhatianku, mengabaikan pesanku, pernah tak menghiraukan perasaanku. Tapi, pada akhirnya sampai kita bersatu, hatiku tetap seyakin itu.

Hari berlalu, minggu berlalu, bulan berlalu. Masalah terbesar setiap orang adalah merasa memiliki waktu. Sehingga banyak yang menyia-nyiakannya. Sayang, mungkin waktu kita tak selama waktu sibukmu.

Dan ketika kau menyadari punya waktu, berusahalah membuat kondisi itu tak selamanya begitu. 

Tapi ya bagaimana, kadang keadaan memaksakan.

“Dek, maaf. Aku tak jadi pulang bulan depan.”


Pada akhirnya, ketika tidak semua yang direncanakan dapat berjalan dan tidak semua pencapaian dapat diraih tangan. Satu-satunya pilihan adalah menjalani apa yang ada didepan mata.

Comments

Popular Posts