Kota Apel

Kelanjutan Cerita Matahari Terbenam Di Kaki Langit

Zara mematikan mesin mobil dan mengambil kotak makanan yang ia bawa. Dia sempat memasak pancake sebelum mandi pagi tadi. Pancake lembut dengan topping madu dan bluberry.  Kemudian dia memasuki sebuah kafe bergaya minimalis dengan interior bernuansa kayu yang terlihat nyaman.

''Totalnya 32.000. Atas nama siapa?'' Tanya kasir salah satu kafe didekat alun-alun Kota Apel itu.

''Zara'' jawabnya singkat sambil memberikan uang tunai 40.000

''Baik, ini kembaliannya. Terimakasih'' kasir tersebut melayani dengan ramah kemudian memberi uang kembalian dengan cekatan

Zara mengangguk kemudian berjalan mencari tempat duduk, ia memilih duduk didekat jendela, kafe ini tepat berada dipinggir jalan dimana terlihat pemandangan indah Gunung Panderman. Kemudian ia mengambil buku bersampul coklat dan sebuah bolpen, artinya dia akan menulis puisi. Beberapa menit waktu berjalan, bolpennya menari-nari dengan lincah.

''Hai Pancake, akhirnya aku menemukanmu disini!'' suara laki-laki yang tak asing untuk Zara.

''Im 24th, people stop called me like that'' tanpa menoleh Zara menjawab. “But, I miss you” Zara menoleh, kemudian tersenyum.

''I miss you too!'' Laki-laki itu tersenyum, kemudian duduk dikursi yang sudah dari tadi kosong, persis di depan Zara

“Ini aku membuatkan kesukaanmu” Zara tersenyum sembari memberikan kotak makan

“Thanks for the pancake, Pancake!” dia membuka kotak makanan itu dan terlihat sangat menyukai isinya

''Atas nama Zara'' pelayan membawa pesanan Zara

''Iya mas, terimakasih'' Zara menjawab kemudian tersenyum, 

Pelayan itu menaruh pesanan Zara di meja, roti bakar greentea keju dan ice lemon tea yang nikmat.

''Bi, bagaimana? Apa sudah berhasil?'' Tanpa basa basi Zara bertanya pada Habi, temannya sejak SMA, berada disatu bangku perkuliahan yang sama membuat mereka dekat.

''Belum zar, sabar ya, aku dapat petunjuk baru'' Habi menjawab

''Petunjuk itu tidak ada habisnya bi, aku lelah.'' Zara yang tadinya senang dan semangat setelah melihat temannya yang sudah 2 tahun tidak bertemu, kembali melipat muka, kali ini tidak hanya sedih, ia takut.

Sudah dua minggu terakhir sejak Zara mendapat kiriman paket berisi sebuah foto dan sepucuk surat. Tanpa alamat pengirim, tanpa nama pengirim. Namun membawa banyak teka teki setiap harinya.

“Temui aku saat tahun baru, itu satu-satunya kalimat yang ada disurat itu bi, yang dikirim dengan fotoku di Bali bersama” suara Zara menegang, ia memotong kalimatnya tepat diujung.

“Laki-laki itu” Zara terbata-bata, suaranya bercampur antara takut dan bimbang.

Comments

Popular Posts