Tentang Hari Ini
Kelanjutan Cerita Mata dan Telinga
Sejujurnya mas dika itu bukan
tipe aku banget sih. Laki-laki yang begitu dingin, berpawakan tinggi kurus
seperti bapak-bapak muda dengan rambutnya yang dipangkas tipis. Bukan orang
yang humoris apalagi romantis. Pekerja keras yang terlalu sering lupa waktu.
Berbeda dengan mas prasetya, penampilannya lebih kekinian. Sosok yang ramah,
idealis, dengan sedikit sisi romantis. Harusnya semua itu cukup untuk menarik
hati perempuan seusiaku. Tapi sayangnya, tidak untukku.
“Ra, sarapan yuk!”
“Bahan presentasi nanti siang
belum kelar mas dik, ini aku masih ngelarin. Barusan ada tambahan dari pak iwan
jadi aku harus perbaruin datanya” jawab clara sambil matanya fokus pada layar
laptop
“Lagian gak diselesain dari
kemarin, harusnya kan tinggal perbaruin doang kalau kemarin udah kelar”
“Ya kan kemarin aku harus ke
Surabaya sama mas, gimanasih. Udah mas sarapan aja sendiri daripada malah
ngomelin aku”
“Jangan-jangan kamu masih marah sama aku ya
ra?”
“Lumayan”
“Ra yang benar-benar kita miliki
itu cuma waktu. Memangnya kamu mau menghabiskan satu-satunya hal yang kamu
punya dengan kemarahan?”
“Mudah bagi pihak yang gak
tersakiti buat bicara mas. Tapi enggak buat yang terluka”
“Kamu bilang kalau kamu gak
terluka melihat aku bahagia”
“Ya mungkin aku salah bilang
aja. Coba deh mas lakuin sesuatu, memilih atau menyingkir. Jangan gini” clara
menutup laptopnya dan berjalan ke arah ruang arsip
Kita hidup pada masa dimana
jika sesuatu rusak tidak lagi kita perbaiki, namun kita gantikan. Tapi ada hal-hal
yang mana kita tak bisa berhenti berusaha untuk memperbaikinya. Kita begitu
yakin dan percaya diri bahwa jika kita berusaha, hasil tak akan mengkhianati
usaha.
Tapi kamu adalah bukti bahwa
hasil bisa saja mengkhianati usaha.
“Ini file data tambahan dari
pak iwan masih mentahan gini?”
“Iya nih mas pras, tega banget
pak iwan mana buat nanti siang”
“Aduh sorry ya ra, aku ga bisa
bantuin. Bagian hukum ntar lagi ada pertemuan buat bahas kontrak proyek di
Bali”
“Gapapa kok mas pras. Makasih
ya udah bantuin cari arsip data proyek pak iwan, jadi aku bisa lebih cepet
bikin perbandingan datanya”
“Anytime ra, udah sarapan?”
“Belum sempet mas, banyak
kerjaan”
“Banyak kerjaan atau banyak
pikiran? Istirahar ra, pikiran kamu itu engga disini”
Hidup gak selamanya harus
berjalan. Ada kalanya harus berlari dan ada kalanya juga harus berhenti.
Comments
Post a Comment