Mata dan Telinga
Kelanjutan Cerita Mengering
“Nih ra berkas titipan kamu
buat besok, lagian kenapasih ga ke kantor aja?”
“Males banget, ntar ketemu mas
dika sama mbak andini”
“Oh gara-gara masalah tadi, jadi
kamu kabur ke café sendirian gini. Makanya lain kali jangan mau ke luar kota
sama suami orang” prasetya cekikikan mencoba menggoda clara yang kesal
“Mas, aku sama mas dika itu
kolega satu level di kantor. Divisi aku juga cuma tiga orang, ya gimana ga aku
sama mas dika yang berangkat ke Surabaya. Lagian mbak andini itu urusan mas
dika bukan aku, kalau dia marah ya sekalian aja itu mas dika suruh pindah
kerjaan” clara menjawab dengan kesal
“Tapi kamu seneng kan bisa
kerja berdua bareng dika lagi? Daridulu kalau bahas tentang dika atau dapet
kerjaan bareng dika, kamu tuh selalu semangat, matamu tuh lebih bercahaya
gitu” prasetya masih mencoba menggoda clara
“Ah tau ah, males clara”
“Yaudah yaudah” prasetya
tersenyum tipis
“Lagian mas dika juga begitu”
“Kenapa dika?”
“Ya udah tau istrinya belum kenal
aku, tapi dianya ga ngerti-ngerti. Mas dika ke aku itu ga kaya mas ke adeknya. Ya
aku paham sih, orang awam pasti liatnya ngira aku sama mas dika ada apa-apa”
“Tapi semua tau kalau engga
gitu kok ra, butuh waktu aja. Kamu engga perlu ikut marah ke andini kaya tadi”
“Iya mas iya, tapi serius clara
ga ada apa-apa sama mas dika. Orang kalau ga kerjaan juga ga kontak. Abis ketemu
ya udah, kita sama-sama tau kok kita gak akan pernah jadi satu”
“Udah nih minum dulu. Kamu
marah-marah sampe lupa kan kalau besok ada presentasi content schedule”
“Inget kok, bahannya uda siap
semua”
“Tapi kamu lupa kan kalau
sekarang kamu mau ketemu orang produksi buat proyeknya pak iwan”
“Astaga, jam 7 ya?”
“Udah yuk aku anter”
“Eh tapi bukannya mas mau ke
kantor lagi ya, kan bagian hukum tadi dipanggil bos besar”
“Udah kelar itu mah, dah yuk
ntar telat dicoret kamu dari proyek pak iwan”
Jarak kita terlalu jauh untuk
disebrangi. Duniamu dan duniaku, tak akan pernah ada dunia kita.
Meski kebahagiaan itu palsu
Aku kira aku bisa menahannya lebih lama hingga menjadi
kenyataan
Aku kira jika aku menahannya lebih lama mimpi itu akan
terwujud
Tapi sebanyak apapun aku berjuang dan menunggu lebih lama
Sekeras apapun mempertahankan yang tak sejalan
Sekuat apapun aku menutup mata dan telinga
Kenyataan tetap berdiri pada tempatnya
Menunggu untuk kita menghadapinya
Pura-pura baik-baik saja ternyata tidak merubah apapun.
Comments
Post a Comment