Menyelami Luka Lama: Halaman terakhir

Kelanjutan Cerita Menyelami luka lama: Zandi III

Zara, Visa, dan Ratna ketiganya bukan saudara sedarah tapi saudara sehati, persahabatan yang tulus dimulai di sekolah ini. Mereka melalui semua bersama-sama sejak awal SMA, hingga Zara tahu bahwa Ratna punya hubungan spesial dengan Zandi, mereka merenggang.  Disaat yang sama hubungannya dengan Zandi juga merenggang bahkan berakhir.

“Aku mau kita putus”

“Hanya sesingkat itu Zar? Lalu apa yang kamu lakukan dan apa jawabanmu?” Visa sudah sejak tadi mengintrogasi Zara tanpa ingat sahabatnya baru saja patah hati

“Aku tidak bisa berkata apapun, aku juga tidak melakukan apapun. Aku hanya takut ditinggal di pantai saat itu, yang benar saja itu sudah maghrib, bagaimana aku bisa pulang jika ditinggal” Zara cekikikan

“Kamu gila, disaat seperti ini kamu masih bisa becanda denganku” Visa mencubit lengan Zara “Aku kira itu akan jadi perpisahan SMA yang manis Zar. Di pantai, sunset, kesukaanmu.” Kini Visa yang bersedih, seakan ia yang patah hati

Zara dan Zandi memulai ceritanya diawal SMA, semua berjalan layaknya kisah cinta masa remaja. Zara sering pergi ke rumah Zandi, memasak bersama mamanya, liburan bersama keluarganya, menghadiri pernikahan kakak laki-laki Zandi di luar kota. Begitupun dengan keluarga Zara, mereka sering mengajak Zandi pergi ke rumah neneknya. Mereka menghabiskan masa-masa SMA bersama.

Hingga, kala itu matahari baru terbenam di kaki langit, semilir angin menerbangkan semerbak aroma ikan bakar yang baru dihidangkan. Kalimat itu terlontar dari mulut Zandi, entah kenapa. Mungkin dia lebih bahagia bersama Leli dan sulit melupakannya, atau dia mulai punya rasa nyaman melebihi dengannya yaitu dengan Ratna, mungkin juga karena Zara terlalu kurang mengasikkan dan pemarah, mungkin semesta memang telah merangkaikan cerita yang lebih indah.

Sejak saat itu tiap kali Zara menengok masa lalunya, melihat masa SMA yang orang bilang merupakan masa-masa paling indah dan tidak terlupakan. Zara akan mengingat kisah remajanya yang dicintai seseorang secara dalam dan sebaliknya, dengan kenangan-kenangan indah yang dilalui bersama disetiap sudut kota, kedekatan hubungan hingga titik kekeluargaan, sirna. Hanya karena keegoisan semata. Zara akan mengingat kisah dimana seorang perempuan merebut kekasihnya. Zara akan mengingat kisah dimana seorang sahabat yang bersama-sama dengannya dalam waktu lama, merebut kekasihnya.

“Aku tidak apa-apa Sa, aku akan baik-baik saja. Memang awalnya aku kesal, disini aku yang jadi korban, aku yang diselingkuhi lebih dari tujuh  bulan ketika dia dengan Leli, lalu dia berselingkuh dengan sahabatku. Bagaimana bisa dia yang memutuskanku. Sungguh menyebalkan. Tapi, memang jika bukan dia yang mengatakannya, sepertinya aku tak akan pernah kuat mengucapkan itu”

“Baik saja katamu? Mamamu sampai menelfonku untuk datang kemari karena melihat anaknya tidak mau keluar kamar, jarang makan, bahkan tidak lagi menulis puisi” Visa menjawab dengan kesal

“Iyaiya Zara minta maaf. Mungkin dengan kuliah di Surabaya bersamamu akan membawa awal yang lebih baik Sa, aku mau melupakan setiap kenangan yang ada, aku mau ketika aku kembali aku tidak lagi marah terhadap masa laluku, atau bersedih karenanya, aku akan tersenyum.” Zara memandang lekat-lekat sahabatnya dengan senyum khas disudut bibirnya.

Seorang laki-laki bijak pernah berkata padanya. Jika engkau mencintai dua orang pada waktu yang sama, pilihlah yang kedua. Karena jika kau benar-benar mencintai yang pertama, kau tidak akan jatuh cinta pada yang kedua.

Saat itu, yang diinginkan Zara hanya agar Zandi sadar kesalahannya, kembali pada Zara, dan semua baik-baik saja. Zara ingin sahabatnya berhenti berhubungan khusus dengan kekasihnya. Tapi dunia tidak berjalan semudah itu, dunia banyak memberi hal yang tidak diinginkan, hanya untuk memberi sebuah pelajaran dibaliknya.

Luka-luka itu tidak akan membuat seorang Azarajuni tergeletak lemah. Jika dulu Zara akan tumbang saat satu tombak mengenai badannya, kini perlu sepuluh tombak untuk membuatnya tumbang. Luka hari ini adalah kekuatan untuk esok.

“Terimakasih masa lalu, aku akan mencoba memelukmu dengan ikhlas.” Zara menutup buku catatannya

Sampai bertemu lagi, saat aku sudah cukup kuat untuk menuliskan kelanjutan ceritaku. Tentang dia yang mencoba untuk menebus masa lalu, tentang aku, dan tentang keberanianku memilih, agar sehari sebelum kematianku aku tidak menyesal atas jalan yang aku tempuh. 

Comments

Popular Posts