Terima kasih untuk perjalanan yang panjang

Hi kids! This is your Uma..


This year 2024, I will start a new stage in my life that I have never done before, I live abroad.


Sejak kecil, aku memang sudah sering berkegiatan diluar kota yang menjadi rumahku, yaitu luar Kota Malang.


Saat aku SD-SMP aku sering ke luar kota dan luar provinsi sebagai perwakilan Percasi Kota Malang karena aku merupakan atlet catur.

Saat aku SMA aku juga sering keluar kota untuk lomba penulisan artikel dan Olimpiade Sains Nasional bidang Geografi.

Bahkan saat aku kuliah aku juga semakin sering keluar kota dan luar provinsi untuk lomba Karya Tulis Ilmiah.

Hingga saat aku magang dan bekerja aku juga semakin sering keluar kota dan luar provinsi.


Namun, ini pertama kalinya aku akan merantau.


Lewat tulisan ini, sebagai awal mula tahapan kehidupan baruku, aku mau berterimakasih dan menceritakan sedikit tentang bagaimana aku berhasil melangkah sejauh ini.


Shout out to none other than; My family.


Keluargaku khususnya ayahku yang berperan sangat besar. Beliau mengajarkanku tentang berbagai hal besar dan penting. Salah satunya tentang kebebasan, membuat pilihan, dan tanggung jawab.


Di saat aku banyak mendengar lingkunganku yang kebebasannya terbatas, keluargaku memberiku kebebasan seluas-luasnya sesuai umurku. Mereka tidak pernah memaksakan pilihannya padaku pun tidak mempersempit pilihan yang aku punya.


Aku masih ingat fakta bahwa aku dibebaskan ikut kegiatan apapun, pulang jam berapapun, pergi kemanapun. Hingga aku sempat bertanya “ayah gak sayang ya sama aku soalnya kalau aku pergi gak pernah dicariin?” Lalu beliau menjawab “cara orangtua sayang ke anaknya itu berbeda2, cara ayah ya dengan kasih kakak kebebasan”


Disaat aku banyak mendengar lingkunganku yang hidupnya seakan dipilihkan dan diarahkan, keluargaku mengajarkanku cara memilih, apa yang harus diperhitungkan dan bagaimana memperhitungkannya, hingga membuat sebuah pilihan.


Aku masih ingat saat lulus SD dan mau masuk SMP. Aku diberikan banyak selebaran sekolah di Kota Malang, ayahku menyuruhku membaca semua informasi, membuat tabel kelebihan & kekurangan, lalu membuat list skala prioritas dari SMP yang paling ku ingin hingga yang paling tidak ku ingin.


Disaat aku banyak mendengar lingkunganku yang hidupnya seakan sudah diatur agar sesuai dan berjalan dengan baik (because they say 'older people know best'), keluargaku membiarkanku membuat kesalahan & menyesali perbuatanku, lalu membiarkanku memikirkan solusi atas apa yang harus diperbuat setelahnya, serta memberi wejangan bahwa setiap hal ada konsekuensi tanggungjawabnya.


Aku masih ingat saat SD aku merengek meminta diperbolehkan menambah kegiatan disekolah saat aku sedang kelelahan banyak kegiatan, ayahku membiarkanku ikut dengan catatan besoknya harus tetap sekolah karena sekolah adalah tanggungjawab utamaku saat itu. Namun ternyata aku tidak ingin masuk sekolah karena lelah dan belum mengerjakan PR yang harus dikumpulkan hari itu. Kemudian ayahku menyiramku dengan air & menyeretku untuk segera berangkat sekolah.


Beliau berkata bahwa aku sudah diingatkan tentang konsekuensi apa yang harus ku perhatikan sebelum membuat pilihan (bahwa kegiatanku sudah terlalu banyak dan aku mungkin akan kelelahan), lalu apa tanggungjawab utamaku (bahwa aku bebas berkegiatan apapun asal aku harus sekolah dengan semestinya), dan solusi yang harus dilakukan kalau suatu hal terjadi tidak seperti yang diharapkan (bahwa aku harus siap dengan konsekuensi pilihanku & plan untuk menghadapi konsekuensi itu). I’ve never forgot about that day.


Dari 3 hal utama yang diajarkan di keluargaku yaitu kebebasan, membuat pilihan, dan tanggung jawab. Menurutku itulah salah satu hadiah & support paling besar yang diberikan keluargaku, yang membuatku jadi seperti sekarang.


Mereka tidak hanya membiarkan & mendukungku, malah mereka yang lead the way sehingga aku bisa memiliki pemikiran2 untuk melakukan semua pencapaianku tadi.


Sehingga aku yang kelas 2 SD bisa tertarik bermain catur hanya karena melihat orang bermain. Aku yang tidak terlalu pintar ini malah punya tekat besar bahwa jika aku tidak terlahir pintar ya aku harus belajar lebih giat agar sama pintarnya dengan yang terlahir pintar. Aku yang penakut dan mudah menangis ini jadi percaya diri ikut beragam kegiatan (olimpiade, broadcasting, dance, teater, dll). Aku yang bukan dari keluarga kaya raya tapi bermimpi bisa keliling dunia dan bisa mewujudkannya dengan ikut beragam lomba. Aku yang belum lulus kuliah sudah bisa bekerja ditempat yang baik (bekerja dengan orang luar negeri dan platform besar dunia, mendapat undangan kegiatan bergengsi).


Banyak hal lain yang diajarkan keluargaku yang mendukung hal-hal diatas tadi dan aku sangat bersyukur bisa mendapatkan itu.


Terima kasih karena tidak menyuruhku, mengarahkanku, dan menata hidupku agar sempurna. Terima kasih karena mengajarkanku bagaimana seharusnya hidup.


Jadi, kids! I hope I can be a great parent like my parents. I hope you can feel and get what I have, or even better. 

———


Tulisan ini didedikasikan untuk my problematic yet lovely family, especially Ayahku.


 


Comments

Popular Posts